Sejarah dari Musik Triangle
Tentu kamu sudah tidak asing dengan alat musik, apalagi jika kamu memang sering mendengarkan musik di acara live atau konser, dan sejenisnya, atau bahkan kamu mungkin sudah sering memainkannya. Namun, berbicara tentang alat musik, memang ada salah satu alat musik yang tidak begitu populer di Indonesia yakni Triangle.
Memang bisa dikatakan alat musik ini tidak begitu populer, namun jangan salah. Triangle sendiri masuk dalam jenis alat musik yang dikenal dengan ritmis, yakni alat musik yang digunakan untuk mengatur tempo dalam lagu atau bisa jadi pengiring sebuah lagu.
Cara yang dilakukan untuk memainkan alat musik ini adalah dengan dipukul yang nantinya akan bergetar, dalam hal itu suaranya akan muncul nada yang indah.
Bentuk yang jelas dari alat musik ini adalah segitiga saja, jadi sama seperti namanya. Bentuk dari segitiga alat musik ini pun sederhana saja, dan ada bagian yang terpotong dan tidak berbentuk segitiga utuh.
Alat musik ini terbuat dari bahan baja yang memiliki alat pukul menggunakan bahan dari logam. Pada umumnya panjang dari alat musik pengiring lagu ini adalah 15 cm sampai dengan 18 cm.
Adapun sisi atau sudut dari alat musik ini ada lubang yang manfaatnya untuk tempat mengikat tali yang nanti saat dimainkan bisa jadi pegangan. Agar kamu bisa membuat Triangle bunyi ini kamu hanya tinggal memukulnya saja menggunakan alat untuk pukul Triangle yang tadi sudah disebutkan sebelumnya saja.
Mungkin terdengar sangat sederhana namun, bagi seorang pemain Triangle sendiri harus memiliki kemampuan dalam resonansi yang cocok dalam sebuah lagu. Jika tentang teori memainkan Triangle, memang nada dari Triangle itu tidaklah begitu menentu.
Kendati demikian, nada yang dihasilkan alat musik ini bisa memberi keindahan dalam alunan musik yang sedang dimainkan. Dalam sekali denting nya saja sudah bisa terdengar dengan jelas di telinga.
Untuk di Indonesia sendiri masih banyak orang yang tidak memainkan Triangle. Pada umumnya, ditemukan banyak pemain musik ritmis di Indonesia adalah memainkan gong, saron, angklung, kolintang, dan juga beberapa alat musik yang tradisional di Indonesia lain.
Mungkin kamu juga penasaran bagaimana sejarah dari alat musik Triangle. Simak dan perhatikan di bawah ini.
Sejarah Alat Musik Triangle, Ternyata Sudah Ada Sejak Abad Ke-14
Tentu kamu sudah tahu bahwa adanya peradaban dan juga hal yang unik di dunia ini pastinya memiliki sejarah masing-masing. Termasuk alat musik Triangle sendiri juga ada sejarahnya yang harus kamu ketahui.
Jika melihat dari sejarahnya, hal pertama yang bisa terciptanya Triangle sendiri tidak dapat diketahui sumber yang bisa mengetahui hal tersebut. Bahkan, Triangle sendiri ternyata sudah ada dan dimainkan semenjak abad ke-14 silam.
Pada saat itu, ternyata bentuk dari alat musik ini memiliki bentuk segitiga dan juga bisa jadi trapesium. Suara yang dihasilkan dari Triangle tersebut cukup gemerincing, bahkan sudah mulai populer di wilayah Eropa pada abad sekitar 18 dengan alat musik lain berupa bass, simbal, dan juga drum.
Di Eropa pada saat itu juga sudah mulai menggunakan alat musik ritmis yang satu ini untuk masuk dalam orkestra. Musisi terkenal yang ada di Eropa yang sudah memainkan Triangle dalam pertunjukan orkestra sendiri merupakan Ludwig Van Beethoven, kemudian ada juga Joseph Haydn, dan ada juga Wolfgang Amadeus Mozart.
Jika melihat sejarah Triangle mulai masuk ke negara Indonesia, pada saat itu awal mula dibawa oleh Belanda. Pada saat kemunculannya, sudah mulai dimainkan dalam acara kesenian musik yang dikenal dengan Musik Betawi. Bahkan Triangle sudah mulai banyak dimainkan di Indonesia dalam acara pertunjukan orkes yakni Keroncong Tugu.
Fungsi Triangle yang Harus Diketahui
Sebagaimana yang sudah dijelaskan secara singkat tadi bahwa alat musik jenis ritmis yang satu ini memiliki fungsi tertentu dalam alunan lagu sebagai pengiring. Fungsi tersendiri dari Triangle adalah bisa memberi suara berupa iringan yang indah dalam orkestra.
Bisa dikatakan, alat musik yang satu ini termasuk dalam alat musik bantu yang bisa mengeluarkan suara dengan frekuensi yang cukup tinggi. Maka dari itu, alat musik ini cocok dimainkan sebagai pengiring dalam pertunjukan musik orkestra agar lebih menarik, indah dan juga unik.
Mungkin terdengar sederhana karena hanya alat musik bantu. Namun, ternyata tidak bisa sembarangan dalam memainkan alat musik ini. Triangle tidak punya suatu tangga nada layaknya instrumen umum.
Adapun dari tinggi dan rendahnya suara yang dihasilkan dari Triangle tersebut akan sangat tergantung dari cara memainkannya, yakni bagaimana memukul alat musik ini. Seorang yang memainkan Triangle wajib memahami ritme serta harus pandai dalam mengendalikan volume saat sedang mengiringi alunan musik agar menjadi lantunan musik yang lebih indah dan pas.